Cari Blog Ini

Sabtu, 16 Januari 2010

Atasi Krisis Listrik, Stop Ekspor Gas!

MAKASSAR, KOMPAS.com — Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Pusat atau Hipmi Pusat Erwin Aksa Mahmud mendesak pemerintah menghentikan ekspor gas agar produksi gas bisa dioptimalkan untuk menutupi kebutuhan energi dalam negeri. Krisis energi yang berbuntut pada pemadaman listrik antara lain merupakan akibat langsung dari mengalirnya produk gas ke luar negeri.

"Mengalirnya ekspor gas ke luar negeri adalah salah satu pangkal masalah krisis energi. Indonesia punya banyak pembangkit listrik tenaga gas, tetapi karena minimnya stok gas dalam negeri, akhirnya penggunaan bahan bakar beralih ke solar yang harganya jauh lebih mahal ketimbang gas," ujar Erwin Aksa saat dihubungi dari Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/11) petang.

Erwin mengingatkan, jika pemerintah tidak segera mengambil kebijakan yang konkret dan ekstrem di bidang energi, maka krisis listrik akan terus berlarut-larut. Risikonya, pertumbuhan ekonomi akan terhambat. Sebab, terpukulnya dunia usaha tak hanya melemahkan laju investasi, tetapi juga menghambat penyerapan tenaga kerja. "Selama ini, ekonomi Indonesia terbukti memang bisa bertumbuh dalam situasi krisis. Tetapi apa artinya ekonomi tumbuh 6-7 persen seperti yang ditargetkan pemerintah jika itu tak berkualitas atau memberi efek bagi masyarakat luas?" paparnya.

Lebih jauh tentang kebijakan di bidang energi, Erwin berharap agar pemerintah, DPR, PT PLN menata ulang pembiayaan kelistrikan supaya efisien dan lebih kondusif bagi pihak swasta. Pada sisi lain, pemerintah juga perlu menata ulang regulasi pengelolaan ladang-ladang gas dalam negeri sehingga tidak semata bertumpu pada pihak asing.

-----------------------------------

Ini namanya pemikiran sederhana dan Tepat !!! Permasalahan dijawab dengan apa pokok permasalahannya ...

Ntah apa yg ada dikepala Dirjen migas dan petinggi2 negara ini ..

Klo masalah keuangan, harus dicari jalan keluar yg lain .. bukan malah mempersulit dengan manambah masalah ...

klo kita expor kita dapet duit .. tapi kita mesti impor lagi ... sama2 gas pulak .. dan harganya bisa jadi lebih mahal ... Ada ada saja ...

Gituuu aja kok repooooott !!!

Iya boss LNG Regasification Tj Priuk udah tahap tender EPC ..

Sebenarnya PLN secara mandiri sudah pernah merilis ide yg sama, bahkan sudah survey gephysical di awal 2005. Tapi kandas lagi.Semoga lancar sampe jadi .. semoga yg kali ini lancar sampai jadi.

Tapi tetap yg saya tahu intake gasnya akan impor juga seperti dari Qatar dll.

Itu yg saya khawatirkan .. isu keuangan dan investasi ini sepertinya akan terus berulang dan berulang. Sekarang mungkin ngomongnya nantikan ada gas field yg lain, tapi pas nanti bikin yg baru menghadapi hal yg sama dan jadinya diexport lagi ... Kita tunggu saja .. asal jgn sampe nunggu gas habis, baru deh bikin gas plant untuk kebutuhan dalam negeri =).

Karena percuma, walaupun sudah punya Gas Plant tapi klo untuk diexpor juga... Bontang dan sekitarnya saja sudah pupus berharap untuk tidak kena pemadaman bergilir .... apalagi pedalaman papua ato nusa tenggara ... Jadi apa yg salah ... ckckck.

Jadi memang harus bikin keputusan yg berani ambil resiko ato extrem.

Saya pernah dengar akan dibentuk Induk BUMN semacam Holdingnya .. mungkin Holding company ini kelak bisa menggalang dana besar untuk proyek2 mega .. jadi kita gak selalu tgt ama investor luar ... Jadi bisa menggalan dana yg boss paparkan.

Fakta bahwa yang punya uang yang menentukan.
sumber :
http://migas-indonesia.com/index.php?module=article&sub=article&act=view&id=5843

Tidak ada komentar: